Kutukan Bulan Desember

#Monologlinimasa
2 min readDec 21, 2021

--

Bulan Desember dua tahun lalu, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Aku memang tidak punya alasan yang cukup kuat untuk mati, tapi aku amat sangat lelah menjalani hidupku sendiri. Terkadang, aku membayangkan jiwaku keluar sebentar, kemudian mencoba singgah di tubuh-tubuh lain. Mencoba merasakan hidup sebagai manusia-manusia lain dengan memori yang melekat pada diri mereka masing-masing. Aku paham hidupku sendiri tidak sebegitu mengenaskan. Namun, aku cuma penasaran. Bagaimana rasanya hidup di kepala serta tubuh orang-orang yang kerap memintaku untuk senantiasa bersyukur itu? Apakah hidup mereka berat sekali, sampai-sampai mereka selalu berpesan agar aku harus selalu bersyukur lantaran hidupku tampaknya lebih baik dari mereka-mereka ini?

Bulan Desember dua tahun lalu, aku memilih untuk mencabut jiwaku sendiri. Tubuhku pun hanya memilih teronggok diam, rebah di sebuah sudut kamar rumah sakit. Tidak bereaksi pada gigitan nyamuk-nyamuk ganas yang memaksaku untuk mendonorkan darahku bagi perut-perut mereka yang kelaparan. Aku masih bisa mendengar dengan jelas suara-suara yang keluar dari mulut seseorang, suara-suara yang kerap membuatku muak. Dia kira aku tertidur dengan mata yang terbuka lebar. Padahal, jiwa dan tubuhku sudah tidak lagi menyatu. Tubuhku sudah kelewat lelah hingga kebas. Aku tidak bisa lagi menangis dan sudah kehilangan cara untuk melukai diri. Aku sempat merasa, melukai diri sendiri bisa menjadi salah satu bentuk distraksi dari isi kepalaku yang berantakan dan berteriak untuk mencari perhatian.

Bulan Desember dua tahun lalu, aku mati suri. Tahun ini, aku memutuskan untuk hidup kembali.

--

--